Oleh: Dr. Ibrahim Peyon

TOTIO,The TPNPBNews.Com–Kekalahan orang Papua telah dimulai sebelum abad ke-15 kontak dengan Maluku dan Melayu lain di bagian barat.

Khususnya orang Papua di daerah raja Ampat, sebagian Teluk Saireri, dan bagian selatan sekitar Kaimana, Fakfak dan semenanjung Onim. Migran Maluku datang, dan dirikan pusat-pusat perdagangan kemudian diklain sebagai pusat kerajaan di Fakfak dan Raja Ampat.

Kekalahan kedua terjadi dalam beberapa perjanjian seperti dalam pertemuan Malino, perjanjian New Yoark, dan perjanjian Roma 1962. Perjanjian-perjanjian konspirasi kejahatan internasional untuk rampas Papua.

Selanjutnya orang Papua telah mengalami kekalahan demi kekalahan, mulai dari invansi 1 Mei 1963, perjanjian Freeport 1967, Rekayasa pepera 1969, Resolusi PBB Nr. 2504 tahun 1969, dan Otonomi khusus 2001.

Dalam momentum-momentum tertentu, telah tercipta dan atau diciptakan ruang-ruang kosong untuk kemenangan, tetapi ruang-ruang itu tidak dimanfaatkan dan tidak dipertahankan dengan baik. Ruang-ruang itu adalah 1 Desember 1961, 1 Juli 1971, 14 Desember 1988, Tim 100, Mubes, dan Kongres 2000, dan Kongres 2011.

Semua ruang-ruang ini memiliki karakteristik khusus, dan berbeda satu momentum dari lainya. Momentum  1 Desember 1961-14 Desember 1988 tidak semua orang Papua yang tahu dan sadar tentang nasionalisme Papua, dan belum menciptakan persatuan nasional bangsa Papua, dan lemah dukungan internasional. Maka sangat logis bangsa Papua tidak keluar sebagai pemenang.

Momentum tahun 1998-2001, kesadaran bangsa Papua sudah merata di seluruh Papua, nasionalisme Papua telah tumbuh, besar dan bulat. Kesatuan nasional telah tercipta, dan itu diwujudkan dalam aksi, demonstrasi, pembentukan berbagai organisasi, mobilisasi masa, diperbanyak dan disebar luas atribut-atribut negara bangsa, dan lain lain .

Momentum yang tercipta itu ditangkapi serius dan diambil alih oleh tokoh-tokoh Papua, dan bentuk foreri, tim 100, mubes, dan puncaknya kongres Papua II, dan akhirnya lahirlah PDP dan Panel.

Tetapi, dalam kongres ini gagal tentang pemulihan sejarah 1 Desember 1961, 1 Juli 1971, 14 Desember 1988 tadi. Pasca kongres 2000, PDP gagal mendapatkan dukungan Gereja, gagal membentuk organ-organ taktik dalam kota, dan gagal dapat dukungan pertahanan Papua. PDP juga telah gagal diplomasi internasional dan kalah  mendapatkan dukungan internasional. Sebagian diplomat yang ditunjukkan oleh PDP membelok dan mendukung Indonesia seperti Nocolas Meset, dan Franzalbert Yoku.

Bagaimana dengan momentum 2020-2021? Karakteristik momentum kali ini berbeda dari momentum-momentum sebelumnya tersebut di atas. Momentum ini telah mencapai puncak tertinggi dari sejarah perjalanan panjang bangsa Papua selama lebih dari 57 tahun ini. Ada beberapa karakteristis yang sangat signifikan:

1). Semua faksi-faksi perjuangan sudah bersatu dalam ULMWP dan ULMWP dapat dukungan luas.

2). Memiliki sayap militer yang terstruktur, kuat, dan tangguh.

3). Memiliki organ-organ taktik kuat dan jiwa militansi, damai dan demokrasi, terpimpin dan merata di seluruh Papua.

4). Mendapat Dukungan gereja (dewan Gereja Papua), 57 pastor pribumi Papua.

5). Ada legitimasi resmi dari MRP.

6). Seluruh rakyat Papua sudah bersatu mendukung ULMWP.

7). Dukungan Dewan Gereja Dunia.

8). Dukungan Konferesi Gereja Pasifik dan Persatuan keuskupan Pasifik.

9). Dukungan dan solidaritas Indonesia, internasional dari berbagai organisasi di seluruh dunia.

10). Dukungan anggota-anggota Parlemen lintas partai dan lintas negara di banyak negara.

11). Dukungan dan legitimasi negara-negara MSG, dan PIF.

12). Dukungan dan legitimasi resmi dengan adopsi Resolusi HAM Papua 79 negara resmi anggota ACP.

13). Dalam sidang berbagai forum PBB, di komisi HAM, Unga, Indigeneus, bicara Papua tiap tahun.

14). Ketua Komisi HAM PBB tetapi Papua sebagai daerah konflik dalam agenda PBB.

Bila melihat semua, maka paket pemerintah Indonesia bernama “TUHAN OTONOMI KHUSUS” akan berakhir bulan Oktober tahun 2021 sesui dengan bulan pengesahan tahun 2001. “UANG TUHAN OTONOMI KHUSUS ITU” itu akan berakhir pada 31 Desember 2021 pukul 0.00 (jam 12. 00 malam).

Dua minggu lalu kita ikuti bahwa MRP sudah menarik draf Otonomi Khusus Papua jilig II itu dari DPR-RI dan Kementrian Dalam negeri di Jakarta. Bulan ini dan bulan MRP melakukan dengar pendapat dari seluruh orang Papua di seluruh Kabupaten dan kota seluruh Papua (dua Provinsi). Hasil-hasil pertemuan ini yang kami pantau sampai hari ini, seluruh orang Papua di seluruh Papua TOLAK OTONOMI KHUSUS JILID II danTUNTUT REFERENDUM PAPUA.

Kita ikuti kelompok Barisan Merah Putih (BMP) tidak bicara seperti sebelumnya, beberapa dari mereka terlihat abu-abu, dan ada potensi balik arah. Gereja-gereja termasuk muslim orang asli papua sudah tolak Otsus. Gubernur Enembe bilang, “tugas saya telah selesai. Saya kembalikan kepada rakyat Papua untuk menentukan pilihan mereka. Mereka mau apa, rakyat pilih sendiri “. Rakyat di mana-mana hari ini PILIH REFERENDUM untuk Mendirikan Negara Papua Barat.

Hari ini telah tercipta MOMENTUM, telah tercipta sebuah RUANG KOSONG. Ada bola liar untuk direbut dua kesebelasan. Siapa yang rebut bola liar ini? Kini sudah saatnya ULMWP harus memainkan perannya untuk mengisi ruang kosong ini, ULMWP harus merebut bola liar ini.

Pemerintah Indonesia sudah siapkan agendanya untuk mengisi kekosongan ini dengan Otsus jilid II, pemekaran lima Provinsi, dan paket lain.

Sedangkan ULMWP?

Hari ini rakyat Papua sudah dorong ULMWP di puncak tertinggi. Hari ini rakyat tunggu, tindakan apa akan diambil ULMWP untuk merebut bola liar ini.

Apakah ULMWP mampu merebut dan mengisi RUANG KOSONG INI?

Rakyat menantimu.

Porter : west. M.

Editor : Vullmembers Alampa

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here