Foto: ist/ Ilustrasi
Oleh: Jermias K
Kultural dan festival perkawinan kelompok budaya Indian, America, China dan indonesia pada dekade kebuasaan. Sehingga, jangan selalu terintervensi dengan orang papua karena kultural dan festival perkawinan kelompok itu bukan khas orang papua
Dahulu sejak pulau papua serta insannya tercipta papua tidak ada narasi dari orangtua kemudian tak ada juga dalam historisme dan legendarisme
Aneh ketika pada dekadenya kini baru ada secara teori-teori dan prakteknya. Jangan kita salah pentafsiran dan pengulasan bahkan penalaran dalam teori pesta perkawinan dan pernikahan kelompok
Bagi orang papua mulai dari pesisir pantai sampai pada pegunungan tidak pernah diajarkan bahwa orang papua kawin secara kelompok
Secara harafiah dan etimologi perkawinan kelompok dan perkawinan privat ini beda. sehingga, Kita diajak untuk pahami bahwa perkawinan kelompok adalah “perkawinan dan proses perjalanan kehidupan dalam keseharian dalam keluarga adalah tanggunjawab dan kedudukan dalam punya tunggakan masing-masing dari seorang Ayah (kepala keluarga) seorang Ibu (ibu rumah tangga) dan anak-anak pun punya kedudukan dan tanggunjawab yang berbeda dari anak pertama sampai pada bungsu.
Materi yang sering dipakai dalam perkawinan di wilayah papua adalah ada dua bagian yang selalu terkadung dalam perkawinan kelompok yakni : (1.) perkawinan turun-temurun (2.) perkawinan lepas secara dilihatnya penaruhan uang maskawin
1. Perkawinan turun-temurun adalah hak dari setiap laki-laki dan perempuan yang selalu dilestarikan dari setiap orde ke orde sesuai kultural nenek moyang
2. Perkawinan lepas secara dilihatnya penaruhan uang maskawin ini ia terkandung di bagian perkawinan kelompok. Dalam arti bahwa setelah laki-lakinya meninggal dunia mungkin diakibatkan dari sesuatu hal negatif. pengaturan hidup dan perkawinan si perempuan dan harta kekayaan itu bukan milik laki-laki yang akan mengawin dan bukan perempuan itu akan mengawinkan dengan laki-laki yang pernah menaruh uang sebesar pada saat perempuan itu kawin dengan laki-laki yang pertama. Tetapi belas kasih dan kebaikan itu langsung dipundahkan kepada anaknya yang ditinggalkan dari ayah yang pertama
Sistem dan teori perkawinan dekade kebuasaan adalah bukan bagian dari sistem dan teori perkawinan orang papua
Teori feminismelialisasi bagi kaum wanita ini juga bukan bagian dari kultural dan festival perkawinan orang papua sehingga kami jangan terprovokasi dengan teorinya para paham dekadenya Yunani Kuno, Romawi Kuno dan kebuasaan insan. Teori yang paling jengkel dan fatal serta sofis yang terkandung dalam Buku yang ditulis oleh : “Kartin Bandel” adalah aborsi kemudian abortiva ini perlakuan yang bersifat dehumanisasi sehingga STOP secara tegas…!!!
Teori pun sama arti bila diistilahkan “Bandel” (bandel adalah suatu perlakuan yang melawan dengan ajaran dan nasehat tentang kebenaran)
Sehingga diharapkan kepada kita semua bahwa kita sadar karena kita juga insan yang berdiri dan hidup secara resmi dan utuh secara perfect kemudian yang diharuskan bagi kita adalah tetap konsistensi dan spritualisasi terhadap kultural, pandangan hidup nenek moyang dan kebiasaan hidup yang normal dan sehat
Teori, sistem dan praktek itu tak semua haram dan tak semua halal…!
Penulis Adalah Mahasiswa yang Sedang Menimbah Ilmu Di Kota Jayapura