Foto Dr. A.G. Socratez Yoman,MA saat wawancara untuk demi kebesan papua barat :Dok vullmembers Alampa

Oleh : Gembala Dr. A.G. Socratez Yoman,MA

Hampir 15 tahun yang lalu, tepatnya pada 2007, penulis membaktikan ilmu saya untuk rakyat dan bangsa Papua Barat dengan judul buku: “Pemusnahan Etnis Melanesia: Memecah Kebisuan Sejarah Kekerasan Di Papua Barat.” Maka Kata pengantar buku buku tersebut ditulis oleh dua tokoh besar dan ilmuwan yang terkenal luas, yaitu Dr. George Junus Aditjondro dan Pdt. Dr. Benny Giay. Wakhu Purom, 18 Maret 2022

Dr. George Junus Aditjondro mengabadikan dalam kata pengantar buku ini sebagai berikut: yang di tulis oleh “Socratez Yoman, Seperti Yahya Pembaptis, Yang  Berseru-Seru Dari Padang Gurun, kepada para pembesar gereja di Jakarta,dan Sementara Pdt. Dr. Benny Giay juga mengabadikan dalam kata pengantarnya buku ini sebagai berikut:

“Pemerintah: Wakil Allah atau Musuh Allah. Petugas Gereja sepanjang sejarah tidak hanya di Papua Barat tetapi di mana saja sering kritis menyikapi perkembangan masyarakat. Karena agama pada hahekatnya harus memainkan peran kenabian atau kontrol sosial di masyarakat apa saja di dunia.”

Buku ini dilarang Negara atau Pemerintah dengan alasan mengganggu ketertiban umum. Sementara NegaraaPenguasa sendiri menjadi aktor utama mengganggu ketenangan dan atau kenyaman hidup orang asli Papua di atas Tanah leluhur bangsa dengan mitos-mitos, label, stigma bahwa Semua mitos ini menjadi legitimasi  atau pembenaran (justifikasi) untuk menangkap, menculik, menyiksa, memenjarakan, membunuh, dan memusnahkan orang asli Papua dan seluruh kekayaan sumber daya alam dirampok, dicuri, dipenjarah tanpa ampun.

(Foto Filep Jacob Semuel Karma saat wawancara untuk demi kebesan papua barat :Dok vullmembers Alampa) ist

(Kamu jangan tuntut pemekaran provinsi. Kamu tuntut pemekaran Negara.” (Filep Karma, 18/03/2022).

Filep Jacob Semuel Karma yang lebih populer dengan panggilan Filep Karma dengan tepat mengatakan : “Kamu jangan tuntut pemekaran provinsi. Kamu tuntut pemekaran Negara. Sebab, pemekaran provinsi itu kita menjadi budak. Tapi, kalau pemekaran Negara, kita menjadi Tuan di Tanah kita sendiri. Itu yang betul. Sebab kalau pemekaran provinsi, kenyataan ini kamu sudah menjadi budak. Sudah dua provinsi saja, dong (mereka) suruh-suruh (perintah-perintah) kamu.

Kekayaan emas dong (mereka) bawa ke Jawa. Ampas-ampas dikirim ke Papua dalam bentuk Otonomi Khusus (Otsus). Kamu dapat apa saja? Lihat smelter mereka bangun di Jawa. Itu kan berarti, kalau gading ayamkah, babikah begitu, daginglah, lemak-lemak, bawa ke Jawa, dan kulit-kulit yang tidak laku itu yang dibawa ke sini (Papua).

Jadi, kamu jangan minta pemekaran provinsi. Tapi, minta pemekaran Negara. Jadi, Negara Papua Barat merdeka. Indonesia fasilitasi. Begitu! Sehingga kamu bukan level gubernur, tapi langsung presidennya dan menteri-menterinya. Jadi, kita kerja sendiri di atas kita punya Tanah. Itu yang saya harap kamu mengerti. Sebab jadi provinsi, tahun-tahun pertama saja, orang Papua menjadi gubernur. Lihat, besok lusa, Contoh, sekarang anggota DPR siapa yang kuasai? Orang amber (pendatang). Besok pemilihan gubernur dikasih kepada DPR, orang Papua, kita habis. Orang Papua sudah kalah suara dan gubernur orang amber (pendatan). Tahun-tahun berikut, kita orang Papua habis, tanpa sisa. Jadi, sekarang, kita berfikir pemekaran Negara.”

Menurut saya, Pak Filep Karma orang luar biasa, manusia langka, orang sangat berharga di mata TUHAN dan di mata rakyat tertindas. Filep Karma pemberian atau anugerah Tuhan untuk bangsa Papua. Filep Karma menjadi wajah Tuhan dan suara Tuhan dalam dunia realitas. Tuhan memberkati pak Filep Karma dan kita semua. Tetaplah bersuara bagi umat Tuhan yang membisu, terabaikan dan yang takut. KASUMASA.

Apa yang disampaikan pak Filep Karma adalah fakta yang sedang terjadi dan dialami oleh rakyat dan bangsa Papua selama 59 tahun sejak 19 Desember 1961. Orang Asli Papua benar-benar termarginalisasi atau sedang hilang dari Tanah leluhur mereka sendiiri. Sistem bangsa kolonial Indonesia benar-benar Kejam, Brutal, Rasis, Fasis, tidak ada rasa keadilan dan kemanusiaan, barbar yang berkultur militeristik yang ekspansif dan pendudukkan. Ancaman serius dan tersingkirnya orang asli Papua di Tanah leluhur mereka dengan fakta di kabupaten sudah dirampok oleh orang-orang Melayu dan terjadi perampasan dari hak-hak dasar dalam bidang politik Orang Asli Papua OAP. Lihat bukti dan contohnya sebagai berikut ini :

1.Kabupaten Sarmi 20 kursi: Pendatang 13 orang dan Orang Asli Papua (OAP) 7 orang.

2. Kab Boven Digul 20 kursi: Pendatang 14 orang dan OAP 6 orang

3. Kab Asmat 25 kursi: Pendatang 11 orang dan OAP 14 orang

4. Kab Mimika 35 kursi: Pendatang 17 orang dan OAP 18 orang

5. Kab Fakfak 20 kursi: Pendatang 12 orang dan OAP 8 orang.

6. Kab Raja Ampat 20 kursi: Pendatang 11 orang dan OAP 9 orang.

7. Kab Sorong 25 kursi: Pendatang 18 orang dan OAP 7 orang.

8. Kab Teluk Wondama 25 kursi: Pendatang 14 orang dan OAP 11 orang.

9. Kab Merauke 30 kursi: Pendatang 27 orang dan OAP hanya 3 orang.

10. Kab. Sorong Selatan 20 kursi. Pendatang 17 orang dan OAP 3 orang.

11. Kota Jayapura 40 kursi: Pendatang 27 orang dan OAP 13 orang.

12. Kab. Keerom 23 kursi. Pendatang 13 orang dan OAP 7 orang.

13. Kab. Jayapura 25 kursi. Pendatang 18 orang dan OAP 7 orang.

Data ini membuktikan bahwa Indonesia adalah bangsa kolonial modern yang menduduki, menjajah, menindas, dan meminggirkan serta memusnahkan orang asli Papua, pemilik Tanah ini.

Karena itu, solusi terbaik, benarlah apa yang disampaikan Filep Karma, yaitu: “Kamu jangan tuntut pemekaran provinsi. Kamu tuntut pemekaran Negara.” Dalam buku penulis yang disebutkan ini, penulis pernah mengusulkan: “Indonesia dijadikan Negara Federasi. Atau Indonesia dijadikan atau dibagi lima atau enam Negara” (Yoman, 2007:454-455).

Jadi, kalau ada orang yang menaruh cita-cita dan harapan hidup masa depan kepada para penjajah dan kolonial,  itu sama dengan memelihara dan mendukung kecelakaan dan tragedi kemanusiaan. Karena kolonial tidak pernah memikirkan martabat dan masa depan bangsa yang diduduki dan dijajah maka Sadarlah rakyat dan bangsa West Papua. Dan Bodohlah bagi rakyat dan bangsa West Papua yang menaruh cita-cita dan harapan hidup masa depan kepada bangsa kolonial Indonesia.

Pada 28 Oktober 2019, penulis pernah membagikan artikel singkat dengan topik: Kita Perjuangkan Pemekaran Negara Menjadi 3 Sampai 9 Negara.

“Saudara-saudara di seluruh Papua dan Indonesia yang masih sehat rohani, sehat pikiran dan juga sehat hati nurani, mari, kita harus berjuang supaya di Indonesia terjadi Pemekaran Negara menjadi tiga Negara, lima negara atau sembilan Negara.

Alasannya ialah negara dan pemerintahan Indonesia sekarang sudah dipimpin oleh orang-orang yang berpura-pura dan juga munafik. Bisa dikatakan orang-orang yang jahat dan tangan mereka berlumuran darah rakyat. Artinya orang-orang anti kemanusiaan, anti kebenaran, anti keadilan, dan anti kedamaian serta anti kebebasan.”

Doa dan harapan penulis, supaya tulisan ini berguna dan ada pencerahan. Waa….Waa….Kinaonak!

Penulis:

1. Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua.

2. Anggota: Dewan Gereja Papua (WPCC).

3. Anggota: Konferensi Gereja-Gereja⁰ Pasifik (PCC).

3. Anggota Baptist World Alliance (BWA).

Redaksi: (Gen,RR Vullmembers)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here